Thursday, March 10, 2011

Jangkrik

Mari berbicara tentang putus asa ketika kau akan mengepakkan sayapmu ke angkasa. Tidakkah kau tahu bahwa ranum bunga adalah silang silih dari sebuah bahasa putus asa? Ketika disadarinya, putik tak akan menghasilkan benang sari sendiri. Ketika ditariknya satu akhiran percaya diri.

Panggung sosial jadi penuh busa yang membuatku muntah di pagi hari. Ketika kubuka koran hari ini dan kudengarkan cicit cuit mereka di televisi. Para manusia ini, bagaimana jika kutawarkan mereka setumpukan playlist mp3 Simple Plan atau klise von Savigny?

Salahsatu keruwetan yang harus diderita para psikopat pikir sepertiku adalah, isian radict dari setiap kata yang terucap dari mereka mendadak jadi persepsi penuh sinisme yang sentimentil. Mungkin saja, tendensinya negatif. Tapi gila, aku memang harus pergi ke salahsatu pusat refleksi yang sia-sia itu.

Berbicara akhlaq, putus asa tentu saja bukan akhlaq seorang muslim. Hanya orang kafir yang menderita putus asa sebab mereka telah ditutup dari rahmat Allah, begitu bunyinya. Ayo coba kita bermain sedikit nakal. Oleh sebab terputus dari tetapan rahiim Allah maka asa(cita) mereka-pun usai sudah, mungkin itulah sebab frase katanya menjadi "putus asa". Sebuah petanda kehilangan arah.

Lalu bagaimana masalah akumulasi failed trial seorang muslim. Adakah juga itu artinya kehilangan arah? Bagaimana tentang gantian kemudi seorang pilot yang tak lagi percaya diri? Adakah juga itu artinya final konklusi?

Ha.. ha.. ha..

Tambah gila.
Nanti malam, kupikirkan lagi. Sambil kutunggui telepon ibuku dan berbisik pada jangkrik yang kupelihara sampai hampir mati, di dalam sini, khayalan saja, tak ada jangkrik di Malang sini! --"

putusasakarenajangkrik.code@lifeline.ink

No comments:

Post a Comment