Saturday, September 24, 2011

Honestly, is not you

Someone precious is a person you will never know why'd she/he could on that precious word. Someone precious is a mother or father whom the blood was on your atrium right now. Someone precious, maybe just somebody perfectly make you drowning on a missing. Someone precious? maybe... actually you do not have anyone precious.

Precious was the name mostly wanted in this world. It just a mean which concept a big accidentally tragedy which will always set you as the left out rubbish.

Honestly, is not you.

Friday, September 23, 2011

Flew away

Daddy I just love you. I'd know it before I know what love is. And I never hate you ever after, just like I said. Daddy I just missing you. I'd sure it before my mother tell me about you. And I never forget all the things you said, though you not said it for me. Daddy, why'd I always thinking about you. Daddy, your name was inspected my heart like a police do to the prisoner in a jail.

As I sent this day to not left you away on my mind, As I flowing into the rest of my own scared
As I hope you know me like the day we met in the airport
You will never be the other daddy

You will be like you, like everyone knowing you as someone named by your name,

Thursday, September 22, 2011

Don't have to paid for everything except a thing!

By : Alfajri

We always in the big question symbol for what we have to done this time. I thought everyone have their rights to close or open their mind about that annual case of life. WE do the same things on our biologist part of us. We do the same things of our injection of a community, we talk each other, makes some funny the go with it.
Life was the lived out to feel alive on it. So on this spot, isn't it sooo brave to call our name for that live-the-life?

I have listen many Avril's song or Bieber, lol (honestly I said it as the truth what-being-happened-on-me).  And MCR? And Kort, and Click Five? exactly what a lol me.

That song was never hurt me as the life I feel hurted. Back on it, I just thinking that people acctually wanted to found their self on the other sound and drama. We just keep trying enjoy our life to be alive. As Shakespeare wrote on his paper, and as Monalisa spread out on canvas, our illumination of 'enjoy-our-life' was perfectly entering people on the more hurted it can be.

And I just.. nothing. I just thinking and the publishing. Honestly is not to show that I'm in but to perform that I'm in. Is that weird or something like that? I'd also always define myself as it. (laughing out laugh)
And I'm fine. So what life could bring - a copied of Avril's song on I will be - just what we could paid for it. It seems like 'ay!" what a pic me... Have your great day everybody! :)

Monday, September 19, 2011

Revolusi Ilalang

Revolusi Ilalang
oleh : Alfajri

Aku mulai berani berkata "aku". Sebuah titian dalam rujukan khas diriku. Sebuah langkah-langkah biru yang melukis pelangi unitas hati yang masif membatu. Dan ia, "aku" jadi seseorang yang lain yang tak merangkum kata-kataku.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Itik kecil mendayu darat dari cangkang cicitnya
Menetaskan dirinya dalam nyawa hidup pribadinya
Itik kecil mencari makan di rumputan ilalang
Sebab cangkang akan patah bila diinjak kaki
Dan ia menyelamatkan sekujuran sendirinya

Maka
kabarkan kepada kaum pengemis dan gelandangan
karena koruptor masih bebas gentayangan
karena hukum sulit ditegakkan
karena keadilan niscaya digadaikan
maka yakinlah, tuhan akan melaknat mafia peradilan
dan kaum revolusioner tak 'kan tinggal diam
menyeret koruptor ke tengah lautan
untuk ditenggelamkan!

Oleh sebabnya kau ada disini
karena pengemis keadilan ada sisian kanan kirimu
Oleh sebabnya jiwa bangsamu merah putih
karena lalulalangnya para hati jalang bebas menutrisi hingga ke dalam-dalamnya sanubari
karena revolusi selalu digemakan
karena revolusi sekedar basa basi di busa-busa bisa para diktatoral sasana
Revolusi ilalang

Sementara itik kecil masih mencari-cari jati diri
Ini perihal suara binatang lain
Yang lebih tinggi dari ilalang kiri
Sejatinya awan putih berserak seragam mewarnai
Itik kecil masih menyelamatkan dirinya sendiri

Maka
kabarkan kepada para janda di rumah-rumah singgah
kabarkan kepada para tuna wisma yang tak lagi kenal bahasa alfabetmu
karena katanya mereka sekedar wanita tua renta
karena katanya mereka tak lagi bisa apa-apa
Sampah! Masalah negara
maka yakinlah, tuhan akan melaknat para dukun yang mendekatkan kecurangan dalam akar nadi para culas
dan kaum revousioner tak akan tinggal diam
menyeret para culas sesumbar ke tengah lautan
untuk ditenggelamkan!

Oleh sebabnya kau ada disini
karena rumah-rumah singgah itulah dirimu juga
Oleh sebabnya kini garudamu kalah tinggi dari satelit satelit NASA
karena berbicaranya para naif, bebas menutrisi hingga ke dalam-dalamnya sanubari
karena revolusi selalu digemakan
Revolusi ilalang

Bukan, bukan revolusi ilalang dari mata-mata kotor para mata yang sok berkuasa
Bukan, bukan revolusi ilalang yang terbang jauh sendirian
Bukan, bukan revolusi ilalang
Bukan revolusi ilalang yang runtuh penghabisan masa berlakunya hijau muda
Bukan revolusi ilalang di perbatasan merunduknya dilematika kuning tua

Oleh sebabnya kau ada disini
Sesegeranya itik kecil menahan patri di hatinya
Sesegeranya itik kecil memecahkan cangkang dengan independensi injakan kaki

Sesegeranya dirimu bangkit dan bersuara, HIDUP MAHASISWA!

Annual defense

Kadang kesombongan memang jadi momok yang begitu menjeramu dengan begitu hinanya. Liar menjamu di rumah-rumah setan-setan yang binasa terbinasakan. Jauh dari rahmat pula rahiim yang dimimpikan jejak kaki Hawa ketika diturunkannya ke tanah.
Aiih gila merajalela. Pula tak ada transliterasi bahasa mutlaknya. Yang kau pikir sempurna bagi tendensi kata-katamu waktu itu. Sebelum jadi bunga di tepian jelanta, lalu lalang ilalang terbang. Mengawan seadanya basi yang disegarkan. Pilihan.
Dan aku ingin pulang, sejatinya kepergian yang hanya jalan yang sampai di penghujung rantai. Dengan berwibawa tak membawa apa-apa.
Dan aku ingin pulang, sejatinya perjalanan hanya perginya induk di pagi hari. Dengan tenang tanpa risi bising suara siapa-siapa.
Dan aku ingin pulang, sejatinya datang ialah mengucap salam dan penuh senyum bangga orangtuaku. Walau tak begitu, walaupun begitu jauhnya dari mimpinya alam-alam nyata.
Biarkan mereka terkesan, terkesan dengan kosong binaranmu. Lalu kau bisa pulang tanpa apapun di sisianmu, tanpa pula suara dan senyum bangga itu.
Sebab biasannya tak lagi jadi seindah prisma mata air cinta. Sebab bengkoknya tak terluruskan di nyanyi belalang dan konser semut jangkriknya. Sekedarnya saja.

Friday, September 16, 2011

Wew


Dalam salah satu ayat Al-Qur'an terkatakan bahwasanya manusia diciptakan dalam suatu keadaan lemah lalu dikuatkan untuk kemudian kembali lemah. Sebuah inspirasi kemudian mengalir, bahwa sesuai dengan mafhum perputarannya, setiap kita memanglah memulai hidup dalam keadaan bayi yang penuh ketidakberdaya-upayaan. Pula akan dikembalikan dalam rumusan ketuaan yang hanya bisa berpangku tangan. Dan dalam dua masa itu kita pastilah akan sempat berada di setting usia muda yang penuh tenaga dan pikiran cerah.

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” Qur'an Surah Ar-Ruum:54

Beginilah runutan jalannya. Bahwa dengan bekal titik klimaks kemanusiaan itulah para pemuda berdiri. Mereka berpijak dengan suatu tolak strategis bagi tiap-tiap penghidupan lini kehidupan.
Pemuda ialah aset. Oleh sebabnya pemuda menjadi suatu tendesi sekaligus kromatograf positivis masyrakatnya. Segolongan pemuda dapat menjelaskan mapping kemasyarakatannya, ia adalah anak asuh lingkungannya. Ia pula sebagai rantai paradigma keberlanjutan 'massa'nya. Maka ia adalah lingkungannya di tinta pena kini dan nanti.
Pemuda sekaligus integrated chapter movement. Ia adalah suatu bagian pergerakan massa yang integral. Dengan suatu simultansi pikir dan kejayaan fungsi tubuh, inovasi dan akulturasi menumpuk sebagai investasi jangka panjang baginya untuk menjadi suatu bobot massa terintegrasi.
Keluarbiasaan pemuda sampai-sampai menjadi salahsatu perimbangan segitiga geografis komposisi entitasme manusia. Dimana ia menjadi pokok indikator strategis bagi judgement maju atau tidaknya suatu masyarakat.
Jalan yang terbaik yang harus ditempuh selanjutnya adalah memaksimalkan titik pangkal paradoks yang dibebankan kepada setiap pemuda ini. Paradoks yang harus dicari nalar pembenarnya dalam sisian thesis dan antitesis kebermanfataannya. Pemuda yang di satu sisinya adalah mapping masyarakatnya, pula chapter movement bagi entitasnya, harus dapat memaknai bahwa utilitasme dirinya ada di lini parakdoksal entity movement. Maka dari itu, ia akan memaksimalkan investasi dirinya demi perbaikan mapping kemasyarakatannya.
Yang harus dilakukan adalah berpikiran terbuka.
Berpikiran terbuka ialah menjalani peluang adalah objektifitas massal dalam suatu rumusan permasalahan baik kronik dan kontemporer. Selalu mencari fakta dan kefaktaan serta pilihan yakin dan keyakinan. Keterbukaan ialah kemerdekaan untuk membuka dan memerdekakan diri dari satu sintetis final yang ilusionis. Contoh ke-'kikuk'-an yang dapat diambil misalnya pada arus liberalisasi usai gerbang revolusi 'eksekutif sentral'. Hal ini menandakan sebuah ketidakmerdekaan pemuda (secara entitas) massa kala itu untuk merdeka dari pengalaman yang menyebabkannya menuangkan gula sebanyaknya pada teh yang pertama kali dicicip amat pahitnya.
Disini perimbangan keilmuan amat diperlukan. Sebab objektifitas asalnya ialah subjektifitas massal, sehingga terbangunnya kultur subjek 'benar' pula akan mengalirkan domino efect objek yang benar.
Inilah yang saat ini saya lakukan dan akan terus saya lakukan demi perbaikan kebangsaan di masa depan. Saya menjalani serangkaian kegiatan keorganisasian dan menemui berbagai macam pemikiran, buku, dan aksidensi faktual yang rumit yang membuat saya belajar untuk stand on for my word and left on while the dessert was fool out. Sesungguhnya segala sesuatunya akan kembali pada niat. Dan saya percaya bahwa niat meraih kebaikan akan mengantarkan pada perbaikan. Hingga manusia memang tak sempurna, terlebih lagi anak cucunya. Keep on reading, smile, and resolution. :)

Listen

Listen, this all finally change my way to love
Listen, every night was smells like I don't need anyone by my side
Listen, listen, listen
And I don't

Why'd people look the light as the other 'something' behind the dark?
Why'd people always said that I have no tears to be sad like them?
Why'd people listen

I have no more
While well, well, well, was not accidentally found in room
Then I heard that a baby come road to be shown

So, do you ever listen what?

Wednesday, September 14, 2011

Detik

Detik menjelang pangkal leher detik berikutnya. Di usapkan di jemari kata gelisah nan berwibawa, ujarnya pelan mengiris. Begini, seorang sufi begitu liciknya menari dan membuat dosa sendiri. Begini, Ibnu Arabi tak pergi berperang bersama Muhammad Al Fatih Sang Pemberani.
Detik menjelang pangkal leher detik masanya. Di gulirkan sepanjang cerita indah si kata-kata gelisah nan berwibawa. Besok aku akan mati. Besok aku tak menemuimu lagi. Besok tapi besok tak akan kembali lagi. Untuk hari ini.
Detik menjelang pangkal leher detik selanjutnya. Di patahkan panah olehnya, dipukulkan hingga habis mengucur darah dari nadinya. Ah, detik. Detik ini.
Detik menjelang pangkal leher detik kesudahannya. Sejatinya titik pangkalku tak pernah ada udara menuju ke kepala. Sejatinya titik musnahku tak pernah ada darah menuju ke pelupuk mata. Tak demikian adanya.

"ketika tulisan lu bisa dipahami, pembaca yg ngebaca tulisan lu malah pergi gw ngebaca tulisan lu bukan buat di mengerti, karna gw nyadar, percuma gw maksain diri buat ngerti tapi ya karna itu, untuk tidak dimengerti tulisan lu dibaca tapi tetaplah bukan berarti dengan begitu tulisan lu kayak permen karet ya gak gitu" my 'sister', haha

Saturday, September 10, 2011

Frase satu bulan kemudian

Bunganya kuncup dimakan terik Jakarta. Lagi-lagi ungu pudar, terkadang aku pikir ia begitu kisut untuk dinikmati. Jauh dari saup jemari dan lusuh tanpa fantasi. Ia mau mati. Besok juga jatuh satu-satu. Tinggal satu. Bunga krisan yang berjamaah satu-satunya jadi satu. Hanya karena panas dan sapu debu merangas, tak sampai hati aku meminang jatuh gugurannya.Satu-satu perlahan jatuh jadi tinggal satu.

...the beginning - burn all poison

Mekkah, sebuah dimensi yang sempurna. Bagi rukuk dan sujudnya makhluk-makhluk fana. Dan aku terpana. Ketika Mekkah jadi bayang-bayang ingin yang merajalela. Disana dan disini. Kutemui ia. Ini setting yang begitu basi untuk ditarik hidangkan diatas meja kronik kisahku. Toh aku belum pernah juga kesana. Ah, aku, sekedar ingin berkata-kata saja. Kata-kata yang dimengerti oleh setiap hati. Sederhana saja. Merana, mulai tercerabut iman dari akarannya, sebuah nuansa yang perlahan tertawa ria di pinggiran warnawarna Aku yang merana Rasanya gersang dan hanya bisa bicara yang menyakitkan saja Tanpa kualitas Babak baru perenunganku, ditinggal mati sosok konkret sahabatku Aku marah, Tercerabut iman dari akarannya Jadi golongan orang paling lemah dan tak berdaya CUma bisa hihihaha saja Jadi pendusta yang setia, pada apa saja Tentang apa saja Dengan pemerintahan janna, dengan segalanya Dilaknati binatang pagi, siang dan malam Dan orkes sirkus mereka Ya, hinanya Aku, kan

Dare to be newme!

Hidup memang parah!
Mulai dari seremonial yang hilang makna sampai perputaran pikirnya yang nggak nguatin! Dan dalam siklus yang begitu panjang, kita jatuh bangun untuk mencari akhiran yang terbaik.
Kedewasaan itu penting, nggak guna kalo paham integral justice tapi tetap-tetap aja bertingkah konyol dan keras kepala. Perbedaan kosakata atau latarbelakang kronik kisah nggak boleh jadi hambatan. Justru perbedaan itu bakalan bikin dunia tambah kaya. Gue harus paham, kalo berbicara itu memang tatarannya ruh bukan jasad. (aduh apadeh)

Ya, inilah, sedikit kata untuk memulai sebuah fase baru seorang gue yang aca ucu. Semangat!

This is my newme tema semester ini.. "Resolution, Concrete movement and Smile" (RCS) asik ga tuh ? :D
-Tugas kuliah is number one to be done in time
-Baca buku hukum yang SESUAI matakuliah yang diambil, minimal 5 jam sehari -Menjauhi shakespare, nicollo marchiavelli dan hans kelsen untuk tiga bulan pertama
-Tilik ulang Leo Tolstoy yang mau dipinjemin mbak Airin
-Baca majalah dan booklet
-Baca buku terjemahan
-Jauhi kamus
- .... more in the other doc

GAMBARIMASU RESOLUTION, CONCRETE MOVEMENT AND SMILE :)

Wednesday, September 7, 2011

Burning and losing

Gue mulai menulis sebuah data yang kemudian hilang di memori digital yang terbatas. Dan perlahan seakan gue berdiri lagi di karpet merah, ketika suatu persoalan konyol tentang afiliasi tibatiba homage's sick jadi sebuah jebakan betmen yang super kocak. Ini soal afiliasi, terkadang seseorang berani berikrar setia atas sebuah alasan aksidensional yang parah. Dan gue stuck map on the beach.

This all, perfectly inject my soul with some mysterious left action. I do.

Semuanya seakan mudah saja. Lagi-lagi segalanya mudah saja. Karena nggak ada x di antara angka dan sekedar jadi masalah ketika dia ada di soal pertidaksaamaan yang tanpa sama dengan. Atau ketika ada angka di sisian paragraf alphabet, yang satu menjelaskan yang lainnya. Terdefinisi, mendefinisi. Aksidensional yang substansial. Ketika muncul kalimat paling konyol sedunia, "I do not know why'd love you now."


Premis mendefinisi, terdefinisi jadi simpulan yang terdefinisi. Akhirnya putaran definan teori ini jadi tumpukan literatur yang super gila buat dicantukan di bab dua karya tulis, kajian pustaka. Seseorang berhak saja berbicara dengan perspektifnya, afiliasinya atas suatu definisi, dan kata dan angka dan melodi yang dihidupakannya usai sama dengan.

Dan gue cuma nganga, ngikutin perkembangan sejarah.
Ini lagi-lagi masalah afiliasi. Sebuah artikel yang udah pernah gue tulis tapi gue lupa naronya dimana.

Mungkin kotakan amar selalu jadi line product yang menyenangkan. Untuk pamer ilmu atau pamer kepahaman. Gue yang se-dhaif ini pun cuma bisa berhihihaha aja, entah apakah terkadang muncul perdebatan yang memperlihatkan tampang sok benernya gue, atau ngefansnya mereka, atau nisbat superior yang nggak-nggak. Sumpah gue nggak gitu, ya, nggak gitu banget.

Gue nggak bisa, walaupun bisa menguraikan alur pikir soal tumpukan definan akibat aksi matematis kepahaman kata-kata. Ini soal afiliasi lagi-lagi.

Ya, dengan suatu alasan aksidensional super konyol kita bisa aja berikrar setia. Tapi memang setiap bayi ngikutin ibunya atas chemist emosional yang bisa aja kan gue sebut 'aksidensional konyol' itu? dan semuanya nggak akan pernah selesai.

Ada satu hadist yang paling gue suka, yang dikisahkan Hudzaifah ra. Hadis ini punya prologue yang bagus yang berasal dari Hudzaifah ra sendiri. Seinget gue, "Kaum muslimin bertanya tentang kebaikan kepada rasulullah saw, sementara aku bertanya tentang keburukan karena khauf terjerumus ke dalamnya."
Lebih serunya lagi, mengalirkan mutiara kata, nashihah yang mungkin penuh sanjung atas afiliasi, diriwayatkan oleh Bukhari (insyaAllah)

"Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami berada di masa jahiliah dan keburukan, lalu Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kami. Adakah setelah kebaikan ini ada keburukan?” Rasulullah menjawab, “Benar, akan tetapi terdapat asap (kesamaran) padanya.” Aku bertanya, “Apakah asap (kesamaran) tersebut?” Beliau bersabda, “Yakni orang-orang yang mengambil petunjuk selain daripada petunjukku. Engkau mengenali mereka dan mengingkarinya.” Aku bertanya, “Adakah setelah kebaikan itu ada lagi keburukan?” Beliau bersabda, “Benar, para penyeru kepada pintu-pintu jahannam. Sesiapa yang menyambut mereka maka mereka akan mencampakkannya ke dalam jahannam (kebinasaan).” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, sebutkan sifat-sifat mereka kepada kami.” Beliau menjawab, “Mereka berkulit sama seperti kita dan berbicara dengan bahasa kita.” Aku bertanya, “Apakah yang engkau perintahkan kepadaku sekiranya aku bertemu dengan situasi seperti itu?” Beliau menyatakan, “Hendaklah kamu tetap bersama-sama dengan jama’ah umat Islam dan pemimpin mereka.” Aku bertanya, “Bagaimana sekiranya tidak ada jama’ah dan tidak pula ada pemimpin bagi umat Islam?” Beliau menjawab, “Jauhilah kelompok-kelompok itu semuanya walaupun engkau tinggal dengan menggigit akar kayu sehingga kematian datang menjemput dalam keadaan engkau seperti itu."

Entah, ilmu gue emang nggak seberapa, mungkin terjemahannya cacat banget tapi setidaknya atas kecacatan yang gue buat itu, gue nggak sampe murtad sekarang. Yaa. hmm begitulah. Gue jadi inget, waktu ada seseorang menatap gue tajam dan bilang, "mana yang lebih penting iman atau hafalanmu?" Gila, ya hafalan gue lah. haha. Oke, iman gue.

Terus beliau cerita soal Al ghazali yang disamakan sama petani cuma garagara petani itu ikhlas kerja siang malem buat nafkahin keluarganya.

Tapi orang emang sering banget tulilut sendiri atas kebengkokan pemahamannya sendiri. Lagilagi, terkadang alasan aksidensional super konyol bisa aja dan banyak aja bikin orang bisa dan orang banyak berikrar setia. Ah, cupu.

Terus apa yang kita cari.