Saturday, March 19, 2011

Anak kecil

Salahsatu indikator paling menentukan dari ketidakdewasaan adalah perasaan senang ketika dibilang, "Kamu kan sudah dewasa".

Itu sama saja dengan kasus para semata wayang yang punya izzah tersendiri di balik sebutan "kakak" yang dinisbat oleh orangtuanya. Padahal itu memang hanya untuk menghibur hatinya saja bahwa dia tak punya saudara seperti yang lainnya. Dan panggilan "adik" malah seakan memutuskan harapannya untuk suatu hari nanti benar-benar akan jadi seorang "kakak".
Benar-benar mental super tahu bacem.
Bagaimana kalau punya kembaran? Lucu bukan? Atau adik laki-laki yang bisa di ajak main Winning Eleven? atau adik laki-laki yang bisa di diktekan kosakata English dan fusha sejak umur dua tahun? PASTI KEREN! Atau adik perempuan yang bergaya lucu waktu dipermainkan? atau adik perempuan yang bisa di wariskan pemikiran-pemikiran konyol soal kritisasi doktrin HEGEL? Beeeeeh!!! Amazing kan? Dan tetaplah ia jadi seorang sentimentil yang cemburu. What a baby tweety!

Sepotong dialog telah mengajari saya sesuatu,

a : ya anda sudah besar. Tapi anda tentu saja belum dewasa.

b : memang apa indikator kedewasaan? Saya bijaksana dan berkepala dingin untuk setiap lini masalah. Dan saya tak pernah butuh berkonsultasi dengan orang-orang dewasa macam anda.

a : Indikator kedewasaan adalah dengan tidak menanyakan apa itu indikator kedewasaan.

b : begitulah anda, melingkar!

a : dan begitulah anda, sombong berpikir. Cobalah sesekali buntuti maksud kalimat orang lain. Tak bisakah satu detik saja jadi penurut?

b : anda membingungkan.

a : Anda yang pernah memaparkan perhubungan substan dan simbol kepada saya minggu lalu, kan? Cari jawabannya sendiri-lah. Tak bisakah sedikit rendah hati?

Sepotong dialog paling konyol yang tak berujung tapi cukup memberi stimulus bagi ekstraksi makna.
Ya, saya rasa kedua pelaku dialog itu sama-sama tak dewasanya. Bukankah kalian berpikiran sama?
Tahukah, bahwa hukum terlanjur jadi line yang dibutuhkan para dewasa yang beradab. Yang punya tatacara. Yang menanggapi segalanya dengan kerangka adab yang telah matang.
Mereka - para dewasa - mungkin juga orang-orang yang lulus cetakan masa. Tentang pola saat ini dan apa yang harus dijalankan di masa depan. Tentang role bagi makhluk-makhluk yang di sesapi doktrin riil hidup.
Ya, mungkin begitu.

Sementara perhubungan substan dan simbol tetap berbentuk harga dan barang. Bagaimana nilai harga yang dilabel adalah simbolnya, berwujud kata "dewasa". Sementara kemanfaatan instristik barang itu adalah substannya berwujud draft atau isian penyempurna simbolnya. Terkadang alurnya simultan tapi kadang yang satu lebih punya superego yang menguntungkan dewi fortuna.
Ya, mungkin begitu.

Dan katanya, lagi, "dewasa adalah ketika kau berkata pada anak kecil, 'kamu kan sudah dewasa'."
Ya, mungkin begitu. Tak tahulah!

No comments:

Post a Comment