Monday, June 27, 2011

Quasi question

Aku senang dengan kesendirianku. Lebih baik begitu. Saat tiba-tiba saja selaksa kata muncul untuk dimuntahkan dalam tulisan-tulisan biru. Wkwkaka.. kok jadi pake biru-biru gini? Udah kayak laporannya anak FTP aja, ahhaaha
Sebenarnya nggak banyak hikmah yang bisa ditebarkan dalam hari-hari ini. Entah, apakah kita harus memilih jadi seorang indive yang mengaku mentranliterasi semua kejadian sebagai hikmah pribadi petang hari. Ataukah jadi seorang comunive yang sehariannya menjajari lingkungan agar terjalin simultansi hikmah kultural. Lalu banyak orang berkata, bahwa segalanya jadi serba tengah. Kita kini mungkin berbicara tentang keduanya, secara indive dan comunive.
Sama saja, mulai lagi istilah publik dan privat. Yang katanya, publik itu mencakup HTN, HAN, dan Hukum Pidana lalu privat itu Hukum Perdata dan Hukum Dagang. Halaah.. apa-apaan! --"

Kau memang harus selalu ada dalam quo doktrin jalan tengah. Halaah.. jadi inget Dong Yi (?).
Ya, ashabul wasathon katanya. Kita, ya, lebih tepatnya kita, nahnu, we, our, ourself? Hentikan sampai disini dan aku ingin berbicara tentang satu hal yang mudah dipahami saja, ya, maksudku, 'kita' coba berbicara tentang hal lain saja.

Di ruang kuliah pidana, sempat kuketahui bahwa dalam prakteknya konsep pembebanan pidana kumulatif dan absorbsi berjalan dalam rel quasinya. Belum lagi, konsep perikatan pernikahan yang dalam perimbanganku kabur makna. Dan masalah quasi presidensiil Indonesia. Atau isu tidak relevannya lagi trias politica montesqueue juga tidak kompetennya van vollen hoven mendefinisi kelembagaan negara. Juga perimbangan asas diskresi (kata mereka, freies emerssen, alaah sama saja!) dengan praduga rechmatig dan legalitasnya? Katanya ultra vires, katanya detournoment of power, katanya abusement of power. Hmm.. mengapa tak langsung saja dipahamkan, tentang titik seimbangnya! Belajar ekivalensi seperti di Pengantar Ilmu Ekonomi. Atau.. ya, atau, tempat hukum Islam yang cuma begitu saja pemanfaatannya. Doktrinasi yang mulai membuatku lebay bukan kepalang. Aku BOSAN.

Ku kira kita perlu bicara tentang hal yang mudah dipahami. Ya, maksudku, mari kita bicara tentang hal yang mudah dipahami.

Bagaimana bila begini, dengarkan aku menginventarisir syarat sah perjanjian. Sebab ia salahsatu percabangan terjadinya perikatan. Atau lalu lari menganaktirikan hatinya sendiri. Aku muak mendengarkan suaraku. Aku, ya, maksudku, sebaiknya 'kita' main bareng lagi aja! Gimana kalo jalanjalan soresore? Ah, gak asik, semuanya ketus, sensian, ataauuu belajar, kan uas. hmm..

Kemarin sudah belajar. Kemarin sudah baca. Sekarang tinggal ujiannya kan?

Entah, quation. Kau pernah dengar quetion atau question? Ya, maksudku, mungkin kita pernah sama mendengar tentang quetion atau question. Samasekali diluar pengetahuanku, jika itu erat hubungannya dengan quasi atau quote.. hmm.. entah, kini aku jadi indive yang lupa batas purna comunivenya, ditinggal selintasan kode morse yang rumit. Mengambang di awan-awan.

Aku sekedar suka kesendirian. Tiba-tiba saja. Simultansi sinaps otakku padam. Liputannya terbang di keliling lampu tidur yang redup terang. Ah, bukan ini yang kumaksud, bukan ini tempat tinggalku. Maka jika sudah seharusnya konsepsi pertengahan itu menepikan egoisme indive dan atau prasangka comunive. Ya, kita berbicara saja, sampai nanti paradigma siklusnya adalah seperti ini. Seperti ini, yang malas lagi kukata-katakan. Haha.

No comments:

Post a Comment