Tuesday, January 4, 2011

Cycle

"Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan : "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik," QS Al Baqarah:26


Islam memang telah tertetapkan tinggi dan mulianya. Yang ketika manusia berbicara mengenai rangkaian hidup praksis, ia telah menghunjam dunia dengan fatwa idiil yang memotorisasi segala gerakan kemanusiaan. Yang ketika ruang diskusi internasional penuh konklusi terhadap hak asasi, ia telah membangun mobilisasi persepsi sejarah terkontemporer bangsa-bangsa. Dan yang ketika dialektika hegel merebak dan renaissance mekar dalam pengagungan terhadap pemurnian intelektualitas, ia telah tersempurnakan menggiring dunia pada penghambaan.

Bahkan mereka bertanya mengenai penghargaan wanita yang beriringan dengan kausa kepemimpinan laki-laki. Bahkan mereka bertanya, bagaimana mungkin Al-Qur'an diturunkan Rabb semesta alam, sementara teknologi modern telah membentuk suatu frame fiksi; tak hanya manusia - makhluk ber akal - yang hidup di jagat ini. Bahkan ibu bapak mereka berdo'a dalam konsistensi dosa.

Dan ketika ilham telah datang, iman merekah menyucikan jiwa-jiwa angkuh yang bertebaran di bumi Allah.

Bukan sebuah dilematis fiktif jika para manusia ini sepanjang kesejarahannya memang rutin termenung pada persimpangan khas "nyata" dan "maya", "empiris" dan "normative", "komunis" dan "liberal", "nalar" dan "akal", "hati" dan "otak" dan sejumlah lagi turunan-turunan kode semacamnya. Sebuah dikotomi yang mengakar sampai-sampai membuat ilusi tentang persepsi hakiki.

Kini seiring semakin banyaknya satelit yang mampu diluncurkan NASA. Senada dengan semakin maraknya teknologi medik. Sejalur dengan perpanjangan metode aljabar yang disempurnakan. Selevel dengan kasus KUHP yang belum dinasionalisasi total, peradaban muncul sebagai positivis yang tak merangkum semua seraya menutupi ketidakpahaman yang tak kunjung menemui jalan terangnya.

1 comment:

  1. not finished yet!
    I've to search the time for this, BUSY!!

    ReplyDelete