Monday, January 10, 2011

Al Mahabbah

Oleh: Alfajriwastd13

Yang pertama memang selalu jadi yang tersulit
Dan segalanya setelah ini akan lebih mudah
Sebab azzam harus teruji
Dan hijrah berarti mematahkan jeruji

Ini adalah kajian pertama yang saya hadiri dengan hati.
Sebuah part non essensi mungkin. Tapi inilah jalan, sebab anakan tangga tak pernah bertransformasi dalam patahan.

Materi : Al mahabbah
Oleh : Seorang Kakak FMIPA UB '05 yang tidak saya kenal
Dimensi : Basement FE UB, 10 Januari 2010, KASENSOR: SYIAR UB

Tak ada yang spesial. Selain proporsi tilawah yang sampai-sampai membawa saya menuju muroja'ah pribadi sanking lama-nya. -.-" Juga pemateri yang sebenarnya bukan pemateri yang direncanakan panitia. Dan sebenarnya, saya jadi ingat, syarat untuk mematahkan argumen nego telah terpenuhi dengan dua klausa di atas. Jadi ya, ini memang spesial. zzzzz (nggak konsist).

Kajian berjalan dengan konsepsi dasar, maratibul mahabbah; Ibnul Qayyim Al Jauziyah.
Yang saya ingat, konsep maratibul mahabbah meliputi 6 poin. Sementara pemateri hanya menyampaikan lima poin dan ada sedikit crack di perbatasan definisinya. Maka akan saya beranikan diri membenahi.

Maratibul mahabbah ialah suatu tatanan proporsi mencinta. Disebabkan kesifatan proporsionalnya yang hierarkis maka banyak aktivis dakwah yang langsung memahamkan dirinya dengan frase "prioritas/tingkatan mencinta". Sebenarnya saya kurang setuju, sebab konstruksi pemaknaan yang salah bisa menyebabkan delusi di kemudian. Tapi yaa, baiklah, itu hanya sekedar anakan tangga dalam alur penerimaan doktrin. Jadi mungkin tak terlalu urgent untuk di bahas saat ini. Sebab saya akan berbicara masalah CINTA bukan DOGMA ALUR KONSEPSI. -.-"

Kita mulai,
Sesuai dengan qaedah fikriyyah, bahwa kebermanfaatan ilmu adalah penyucian terhadap uluhiyyah dan rububiyah (Al Maidah:116-120). Maka tingkatan cinta yang terangkaikan ini saya rasa secara rigid membawa misi, la ilaha illallah. ini ialah sebagai jembatan konstruksi pikir Islami. Selamat menikmati, maaf jika kemudian terlalu asin atau tak sengaja ada buah mengkudu teruapkan panas sehingga mencipta suasana pahit. wkwkwkkaaaka (lebay)

Ada banyak cinta di dunia ini. Ada banyak bentuk rasa. Ada banyak sensasi. Ada banyak suasana. Dan ada banyak proposisi (loh?) -.-"

Dengan banyaknya dimensi cinta yang kita kenali, Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengkonsepkan sebuah tatanan mencinta. Berisi wujud cinta secara bertingkat, serta tujuan cinta yang sejati-nya. Check this out! :D

1. Tatayyum; ialah proporsi cinta utama dan pertama. ALLAH adalah Ar rahman, memberi cinta, mencipta hamba, menjadikan kita menghamba, merangkai mekanisme saling cinta dan selanjutnya dan seterusnya. Hanya Allah SWT yang patut dicinta dengan jalan penghambaan manusia kepadaNya. Konkritnya, wujud cinta kita terhadap Rabbul Izzati ialah dengan menghamba, mengkultuskan, mengibadahi dengan benar, memahamkan diri bahwa segala pesepsi dan teknis misi ialah turunan akan cintaNya yang Maha Kasih lagi Maha penyayang.

2. 'isyq ; merupakan alokasi cinta istimewa bagi Rasulullah Muhammad SAW. Yakni dengan memperjalankan cinta dalam bentuk ittiba' (meneladani). Dimana segala dengan segala upaya manusia, kita menjadikan beliau SAW sebagai satu-satunya yang menjadi rujukan putusan diri dan tingkah laku.

3. Shahabah; yakni menempatkan para saudara sesama muslim dengan membangun ukhuwah islamiyah.

4. Syauq; bentuk cinta kepada garis nasab, istri/suami dimana dengannya lahirlah rahmah dan mawaddah yang merekatkan perikatan ummat

5. 'ithf; ialah cinta dalam dimensi simpati terhadap manusia seluruhnya. Yakni dengan cara berdakwah (menyampaikan kebenaran dan melarang keburukan/kerusakan)

6. Inthifa'; yaitu cinta terhadap kebendaan, hanya dalam rangka pemanfaatan.

Seperti yang tersebutkan di atas, alokasi cinta macam ini juga berbentuk hierarkis. Artinya nomor satu adalah dasar bagi nomor dua dan seterusnya. Seorang muslim seyogyanya mendasari segala cinta fana dengan pemahaman dan penghambaan kepada Allah SWT.

Satu yang paling saya ingat dari kajian ini, sebuah selentingan yang mungkin kerapkali jadi fenomena khalayak.

"Terkadang kita inthifa'(memanfaatkan) kepada Allah dan tatayyum(menghambakan diri) kepada benda. Sebab hanya berdoa untuk suatu pengharapan dan begitu sakitnya ketika kehilangan harta."

Sebuah selentingan yang juga masih saya ingat, konsep ini mudah disampaikan (walaupun khusus bagi saya tidak juga) tapi sulit direalisasikan. Let's study together! :)

Maka sahabat, masihkah kita salah menempatkan cinta?

1 comment:

  1. heeeeeeh stres! bikin luaran aja aca ucu
    ayolah, Ya, Allah, udah cobaannya
    pliiss --"

    ReplyDelete