Thursday, January 6, 2011

ask for the effectiveness of Tony Buzan' theory

Masih saya ingat jelas ketika pertama kali pengejawantahan rebellion side ini memekarkan jalan menuju ke suatu dunia yang berbeda. Yang keseketika saya harus kembali jadi awam yang amatir. Harus jadi pembelajar yang setia. Dan marjinal.

Mungkin ini juga suatu bentuk pertolongan Allah.
Bahwa ketika deraan futur menyergap, tiba tiba saja saya di tempatkan pada lingkungan yang mengharamkan kata futur.
Yang ketika saya tak berdoa untuk datangnya, mereka malah melepaskan panahnya, mendeclair, "inilah orang pilihan".

Gila, betapa tak bersyukurnya hamba jelata ini.

Bahkan ia bertanya-tanya tentang apa yang telah dipahaminya. Hanya sekedar untuk menambah panjang draft yang akan dikuatnya sebagai legitimasi declair balasan 'ini baik'.

Gila, betapa angkuhnya anak autis ini.

Bahkan ia diam hanya untuk tahu alur pikir mereka dan mempelajari geraknya.
Dan secara gamblang, layaknya sayap-sayap malaikat dari Raudah, mereka mengalahkan segala kuncian yang telah terpersiapkan.

Tak ada beda. Hanya monoton semata. Hanya 'la ilaha illallah' semata.
Seperti tone yang Sayyid Quthb mainkan dalam setiap rangkaian hijaiyahnya. Walaupun diksi penerjemah tak pernah merangkum keseluruhan irama miliknya. Dan pada akhirnya, yang terdengar adalah gemerincing spirit yang membangkitkan izzah! luarbiasa

Saya nantikan ketika suatu hari orang hanya akan berkata, "seorang Mira!"
Dengan segala manusianya yang cacat secara psikologis dan derita akan SA yang tiada henti menempatkannya pada posisi pemikir abnormal.

Saya nantikan, ketika si rebellion ini benar ada dalam benarnya.
Menjawab segala klaim atas dirinya dengan hujjah.

Dan seperti kupu-kupu yang terdeskripsi sebagai analogi Rose dalam Islamic Rose story part yang ini juga nggak nyambung seperti biasanya, hahahhaaa aca ucu!
Masya Allah! Allahu akbar! :)

No comments:

Post a Comment