Wednesday, December 29, 2010

Seems like I was not me,

Cinta

Aku tak pernah tahu sebelumnya, bahwa mengawangkan pikirku untuk seseorang adalah tindakan paling murah hati yang pernah kulakukan. Sesuatu yang kulakukan tanpa tabel timbangan baik-buruk yang biasa kubuat. Ini memang tindakan paling murah hati yang menghanyutkanku, tanpa pikir, tanpa hasrat untuk menang. Tanpa menangisi kerugian diri karenanya, tanpa kesombongan atas kelemahan diri karena membutuhkannya.

Mungkin ini yang dimaksud melembutkan hati. Bahwa karenanya, hilanglah duka sementara, melayanglah pragmatisme hukum manusia dan pulang kampunglah keangkuhan ke gubuk setan.

Aku benar gila mencinta. Aku suka merah muda. Aku memeluk erat balon-balon dinamika lukisan. Aku bernyanyi. Aku menari. Aku berpuisi. Aku menikmati lekukan jingga sore hari.

Dan menangis atas ketukan cinta di pintu hati, begitu kuat. Dan di saat ia benar telah berhasil membukanya, aku telah jatuh pingsan melihat wajahnya. Kehadirannya telah menjadi bentukan nyata manis ungu pesonaku. Dan karenanya, telah habis sari bungaku, tak akan mengawan lagi. Tak akan dibawa angin kemarau besok pagi; tak akan lagi di curi serangga musim semi.

Bila saja aku Laila dan dia Sayyid Qais Sang Pemberani. Dan aku Fatimah lalu dia ‘Ali. Dan aku bidadari lalu dia penghuni baitul jannah. Kami di rahmati Rabbul Izzati.

Aku telah bermurah hati. Dan dengan airmata malam ini, aku telah dipaksa bermurah hati oleh Tuhanku.
Aku telah banyak terpesona. Dan teriring doa subuhnya mentari, aku telah dipaksa menghinakan diri sendiri.
Aku telah dipaksa bermurah hati untuk cinta manusiaku; dipaksa menghinakan diri sendiri. Telah digenggam kencang hatiku olehNya, diluluh-haluskan, dicabik sebagiannya untuk dibawa di belakang kepemimpinan hatimu. Telah di tarik pembuluh angkuh-ku; kini ia menjerit memohon dengan kesakitan.

Oh, Rabbul Izzati, Engkaulah Yang melakukan
Oh, Rabbul Izzati, Engkaulah Yang melakukan
Oh, Rabbul Izzati, Engkaulah Yang melakukan
Oh, Rabbul Izzati, Engkaulah Yang menulis jalan cerita
Oh, Rabbul Izzati, Engkaulah Yang mengajarkan
Oh, Rabbul Izzati, Engkaulah kelembutan
Oh, Rabbul Izzati, Engkaulah kecintaan
Oh, Rabbul Izzati, Engkaulah kesetiaan
Oh, Rabbul Izzati, Engkaulah kekuatan

Kini, telah dicabik hatiku olehNya. Direnggut pintu-pintu isiannya. Tak akan ada pangeran lain yang bisa memasukinya. Diterbangkan untuk dibawa berjalan di belakang kepemimpinan hatimu. Ia jundi-mu. Ia menangisi kesakitanmu. Ia akan memerah muda mendengar kata manismu. Tapi ia jalan ujianku, sebagai pengajaran Tuhanku. Maka, bijaksanalah pemimpin. Karena ku rangkaian bait-bait ini dengan cinta. Sebagai wanita.

6 comments:

  1. masih saya ingat jelas, setumpukan kasus cinta di meja putih waktu itu
    sebuah benang merah yang saya tarik perlahan dari ekstraksi masing-masing kisah
    sebuah mula idiil bahwa kepahaman bisa menyentuh ruang rasa juga, walau kau tak di dalam kisah
    tahukah? saya bahkan membuat sekuel cerita teenlit super nggak mutu hanya karena dikirimi sepuluh novel teenlit gramedia.. hahahhahhaa Subhanallah
    Ya, Allah jauhkanlah hamba dari sesapan kepahaman yang menyesatkan
    Yang kutakuti ya, Rahiim.. jadi sia-sialah nikmatMu atasku
    Ya Rabb..

    ReplyDelete
  2. terimakasi olivious, semoga bermanfaat dan menginspirasi :)

    ReplyDelete
  3. iya mbk, menginspirasi sekali :D

    ReplyDelete