Bunganya kuncup dimakan terik Jakarta. Lagi-lagi ungu pudar, terkadang aku pikir ia begitu kisut untuk dinikmati. Jauh dari saup jemari dan lusuh tanpa fantasi. Ia mau mati. Besok juga jatuh satu-satu. Tinggal satu. Bunga krisan yang berjamaah satu-satunya jadi satu.
Hanya karena panas dan sapu debu merangas, tak sampai hati aku meminang jatuh gugurannya.Satu-satu perlahan jatuh jadi tinggal satu.
No comments:
Post a Comment