Tuesday, May 3, 2011

Nouksi Kropski

Akan kutuliskan apa yang ada dalam lintas impuls kimia otakku saat ini, yang kusebut sebagai isian loker-loker pemikiran pribadi. Kusematkan alur empati atas diriku sendiri. Di bilik sungai-sungai peradaban dan lintas kata, kata-kata mereka.

Bahwa jadi seorang apatis sepertiku adalah sebuah kenikmatan yang akan jarang ku temui ketika aku tak sendiri. Bahwa jadi seorang pembantah sepertiku adalah sebuah alunan yang tak kudapatkan nadanya darimu, atau darinya. Karena ketika aku mulai menyusuri sudut hidupmu, aku tahu, bahwa kau memang benar yang di pojok waktu itu.
Haaa... aku teringat.

Sederhananya, katamu, sepengetahuanmu, aku sekedar tahu, bahwa kali ini kupahami aku memang tak tahu. Bahwa kau tahu keadaanku yang tak tahu sebenarnya kaulah yang kaunamakan tahu. Ya, katamu, ini bahasa tahunya yang tidak tahu.
Ya, ya, ya, aku teringat.

Ketika pergumulan atas hasrat nafs dipadankan dengan pahlawan intelektualnya, kita temui gubuk yang lebih besar lagi. Di dalamnya, aku hafal, ceritamu ada nenek baik hati yang bercerita tentang putri kecil yang suka makan sawi. Nonsense, jawabku. Innoncent, candamu. Hmm.. aku kini benar teringat.

Bagimu kisah doraemon akan kembali nyata di sekolah hijaumu. Bagimu, kunci laci belajar nobita dipegang seorang siluman yang membuntuti kerasakti. Di sepanjang perjalanannya, bunny bugs menggali lubang untuk petanda jalan. Hingga, jalan, jalan yang berjalan bertanya jalanan besar yang melayang dibawa angin kinton dan badai catharina, sampai ke Amerika. Luarabiasa, kini aku mengingat.

Soal Osama bin Laden yang katamu meneleponmu sebelum kematiannya. Soal SBY yang mengundangmu untuk diskusi bersama Julian Aldrin Pasha, yang jago omong itu. Sampai-sampai di lemari bajumu hanya sisa warna orange dan batik merahmuda yang tak kau suka. Loh, gilanya, ya, kini aku mengingat.

Candamu, sesuap nasi saja cukup untuk hari ini. Tahukah bahwa 40 tetanggamu harus terjamin quo kenyangnya sama sepertimu. Kalau tidak begiu kau akan berkutat dengan apatisme dan pembantahanmu. Apatis terhadap problem lingkup murabbi dan sahabatmu. Pembantahan terhadap bantahan orang-orang yang suka membantah. Iya, hukum Newton III, katanya. Sesukamu, jadikan saja sigma F sama dengan nol. Hemat, hebat!

No comments:

Post a Comment