Wednesday, May 4, 2011

Sebuah Press Release di masa lampau, nostalgia :)

Di 48 Juga Berpolitik
Jika sistem pemerintah Indonesia ini memiliki Dewan Perwakilan Rakyat yang menempatkan dirinya sebagai tangan rakyat, maka di sekolah ada OSIS yang merupakan kepanjangan dari aspirasi murid. Dari sana terjadilah praktek politik gaya para muda.
Layaknya sebuah negara, di negeri kecil SMA N 48 telah hadir sebuah sistem politik hasil pencampuran susupan ideologi dan aturan, hasil benturan angan dan kemampuan, hasil titrasi aspirasi dalam pendidikan. Disana, OSIS berdiri bergandeng dengan MPK sebagai produk berwibawa milik sekolah yang menjelma menjadi anak kandung peraturan. Selanjutnya, barikade ekstrakulikuler menyusun strategi untuk menjadi yang terdepan di bawah asuhan OSIS dan MPK-nya.
Ekstrakulikuler yang ber-evolusi menjadi partai ini selanjutnya merangkum berjuta impian dengan tebaran wewangian konspirasi. Mereka saling membawa pesan dalam setiap kegiatan belajarnya apalagi pada setiap kegiatan kelompoknya. Hal ini membuat kadar perbedaan sudut pandang begitu menyala di SMA N 48 yang masih berusia tigaperempat dewasa ini.
Contoh yang paling nyata adalah adanya pertentangan antara MPK-OSIS dengan ekskul asuhannya, ROHIS48 dalam hal penyelenggaraan event akbar FREEDOM. Rohis menuding FREEDOM adalah jejaring kemaksiatan yang hanya bernilai kecuali sedikit saja, sementara MPK-OSIS menilai FREEDOM adalah acara tahunan yang sangat menguntungkan sekolah dengan ke-tenar-annya – sekaligus menguji keseriusan dan kebersamaan OSIS-MPK sebagai pejabat istana SMA N 48. Hingga kini, di tahun 2008 ini perkembangan terbaru terjadi, ROHIS48 mulai memaklumkan adanya FREEDOM. Seorang Sekbid 1 OSIS yang tidak lain adalah penanggungjawab ekskul keagamaan sekolah yang sekaligus hasil persemaian ekskul ROHIS mengatakan bahwa MPK-OSIS saat ini hanya sedang mengalami pergeseran nilai karena kurangnya asuhan dan keliaran pandangan tentang makna acara. Ia menganggap cara yang paling baik menyelesaikan perkara adalah mengasuh pemikiran yang berkembang di organisasi jelmaan MPR-DPR SMA N 48 itu.
“Biarkanlah saja dulu ada FREEDOM tahun ini. Asal setiap waktu ada perubahan yang mengarah kepada kebaikan yang dalam hal ini adalah pengurangan kemaksiatan dan lebih untuk dunia pendidikan. Bukan sekedar menguras uang demi berfoya-foya yang disebut tenar dan kreativitas itu. FREEDOM awalnya adalah hasil niat orang cerdas yang ingin berbuat baik untuk sekolahnya dengan dalih yang sangat brilian yaitu keseimbangan dalam pendidikan antara akademis dan apresiasi, tapi sekarang acara itu lebih dijadikan pamer pensi dan hiburan tiada berarti sebab anak muda sekarang sudah sangat lengah dengan banyaknya suguhan acara musik yang hanya mengumbar cinta palsu serta cemburu berlebihan sementara ia tidak sadar bahwa lagu-lagu itu membentuk gaya hidupnya yang serba “senang”. Saya rasa FREEDOM bukan pada kebaikannya lagi bila ditempatkan saat ini, tapi anak-anak itu harus tetap disayangi karena mereka bukanlah musuh tapi saudara yang hanya perlu dirangkul lebih dekat.” kata Mira, Selasa, 23 Desember silam. Selain pertentangan, ada juga kerjasama yang harmonis antara MPK-OSIS dengan ekstrakulikuler MADING. Mereka bahu-membahu dalam penerbitan majalah sekolah. Walau begitu tetap saja ada batu yang harus dilewati, kali ini bukan dengan satu angkatan pemerintahan tapi dengan angkatan atas yang telah mangkat dari jabatannya 19 september 2008 lalu. Dan hal ini, satu-satunya yang mungkin tidak akan terjadi dalam barisan pemerintahan NKRI.
Para kakak “menegur” adik-adiknya yang sedang berkuasa untuk memperhatikan majalah sekolah yang proyeknya telah mereka bangun sejak pemerintahan mereka. Intinya mereka menganggap angkatan 17 periode 2008 – 2009 sekarang tak becus menghadapi di-reject-nya proyek itu. Tapi toh akhirnya permasalahan itu reda ketika MPK-OSIS, MADING, dan para kakak kelas membuka forum dengan didampingi pembina ekskul MADING. Hasilnya, majalah sekolah yang diberi nama “SMOOTHES” itu terbit pada 11 Desember 2008.
Terbentuknya sistem politik dalam lingkup sekolah adalah sebuah pengaruh nyata perkembangan bangsa. Anak-anak muda terus perlu diberi asupan yang baik dalam hal kesadaran dan pemikiran. Emosi mereka yang membangkitkan semangat akan menjadi sangat sia-sia bila tak dipergunakan dengan baik demi pembangunan negara. Kejernihan pikiran mereka, penuh dengan ide menggelitik yang akan segera layu bila tak disirami dengan senyum dan kepercayaan para tua. Dalam suatu sistem, pelaku-nya belajar agar tak luka tergilas roda, dalam suatu sistem pelakunya mempelajari gerak benda di sampingnya. Kelak, bila dalam sistem politik sekolah sudah ditancapkan tali-tali kebenaran akan terlahir jiwa-jiwa muda yang berkualitas lebih dari sekedar unggul.

2 comments: