Tuesday, October 11, 2011

Cerita

Dan dalam setiap degupan aku merayu angin untuk menerbangkan massa tubuhku ke purnama. Agar tergapaikan bintang-bintang yang jadi medium ketidakberdayaan harapan manusia. Agar terhanyutkan alir nuansa yang jadi perpecahan antara kuasa tangan dan kaki. Agar aku kembali.
Saat sinarannya tak lagi menemani dan aku jadi jalang yang menenun pukat sendiri. Diletuskan ke dalam-dalamnya lautan, mematikan. Diriku.

Jadi ceritanya aku. Jadi ceritanya kamu. Jadi ceritanya kita dan semua. Jadi bukan dia. Atau mereka. Di luar diriku dan kau. Di luar kita. Di luar diriku. Kau. Kau yang sejatinya bukan mereka pula bukan aku dan kita.

Sebab perpanjangan titian ada di benak masing-masingnya benda. Entah sampai atau tidak, diselipkan antara premis-premis paradoksal yang mengerikan. Malam ini, aku  memang bukan lagi yang seperti itu.
Sebab aku belum lagi dewasa, menjadikan segalanya serba bisa, padahal para cendikia benar nyata punya banyak keterbatasan juga. Apa jadinya dunia bila tanpa ulama' fiqh dan tulisan-tulisannya.

2 comments: