Sudah lebih baik. Akan menjadi suatu hal yang lebih berharga bila kita menyadari bahwa kesempurnaan itu menghargai ketidaksempurnaan. Atau rupa-rupanya kau hanya perlu memahami bahwa dunia memang tak lebih dari sekedar gurauan belaka. Maka bila aku jadikan simpulan nalarnya pada fakta bahwa aku ingin sempurna, tentu aku telah keliru mengejar sesuatu yang tak pantas ku kejar.
Bahwasanya aku bukan liliput yang hidup di negeri jamur dan rerumputan. Bukan pula jangkrik yang mengais kotom klasif invertebrata, dianggap ia tak punya darah hanya karena cairan tubuhnya bukan berwarna merah. Bahwa aku bukan mereka yang menyongsong pagi dalam bacaan immoral soal penentangan patriarkhi. Aku sekedar akuisisi ekstase perimbangan hatiku.
Maka biarkan laut tetap menari dalam siklus gelombang pasang dan surutnya, agar seketika lumba-lumba yang muncul tenggelam tak takut akan pijaran lampu-lampu layar manusia. Agar nantinya tetap bersuara, menghidupi dirinya dalam asasi kepribadiannya. Bersyukur.
Atas nyala-nyala lilin di tengah gulita yang tak seberapa. Pula hati yang merana akibat perfeksionisme semata. Sehingga terbit matari dari barat ke timurnya, bukan angin yang jadi indikatorisasi arah hujan lembab dan kering. Di persetujuan pembacaan para ahli fisika dan metereologi, kita berserah pada dudukan ilmu yang tak sesempurna itu juga, kan.
No comments:
Post a Comment