Monday, November 28, 2011

Ion and on

Kebanyakan orang suka menerbitkan dikotomi-dikotomi yang menurutnya bisa menyelsaikan masalah. Atas sebuah dasar nalar sistematis dan struktural, seakan poin-poin tadi menjadi penjabaran intelektual yang wajib dihafal dan dibukukan.

Kemudian kita sama tahu apa yang terjadi selanjutnya. Ya, poin yang satu tak akan sama dengan poin lainnya dan perhubungan antara keduanya hanyalah berdasarkan suatu konteks pendekatan kualifikasi dan function atau orientasi tertentu. Kita terjebak. Sebab dalam suatu rumitansi yang menyebalkan, yang satu dan yang lainnya adalah ordinat tanpa subordinasi dan sejatinya satu dengan perbedaan. Kita menggila. Bahwa kemudian terkadang kita harus begitu teliti menggunakan perspektif beda dan sama. Entitas klausul dan matematisnya.

Sekarang coba kita pikirkan makna di balik beragama dan bermoral. Tidak, di suatu kali moral yang di ajarkan orang-orang barat kurang akal itu dibenturkan dengan agama yang kau punyai. Tidak, ah... begitu busuknya. Sebab kini kau mulai berani berkata bahwa bermoral bisa cukup tanpa agama. Kau sudah baik-baik saja. Tidak, bahwa bukan pertama kali untuk moral, agama itu diturunkan kepada Muhammad SAW.

Aku benci mengatakannya. Tapi akan kuperangi setiap poin dikotomi ganda yang sengaja diciptakan untuk menyesatkan literan salaf para 'ulamku.

No comments:

Post a Comment