Friday, September 16, 2011

Wew


Dalam salah satu ayat Al-Qur'an terkatakan bahwasanya manusia diciptakan dalam suatu keadaan lemah lalu dikuatkan untuk kemudian kembali lemah. Sebuah inspirasi kemudian mengalir, bahwa sesuai dengan mafhum perputarannya, setiap kita memanglah memulai hidup dalam keadaan bayi yang penuh ketidakberdaya-upayaan. Pula akan dikembalikan dalam rumusan ketuaan yang hanya bisa berpangku tangan. Dan dalam dua masa itu kita pastilah akan sempat berada di setting usia muda yang penuh tenaga dan pikiran cerah.

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” Qur'an Surah Ar-Ruum:54

Beginilah runutan jalannya. Bahwa dengan bekal titik klimaks kemanusiaan itulah para pemuda berdiri. Mereka berpijak dengan suatu tolak strategis bagi tiap-tiap penghidupan lini kehidupan.
Pemuda ialah aset. Oleh sebabnya pemuda menjadi suatu tendesi sekaligus kromatograf positivis masyrakatnya. Segolongan pemuda dapat menjelaskan mapping kemasyarakatannya, ia adalah anak asuh lingkungannya. Ia pula sebagai rantai paradigma keberlanjutan 'massa'nya. Maka ia adalah lingkungannya di tinta pena kini dan nanti.
Pemuda sekaligus integrated chapter movement. Ia adalah suatu bagian pergerakan massa yang integral. Dengan suatu simultansi pikir dan kejayaan fungsi tubuh, inovasi dan akulturasi menumpuk sebagai investasi jangka panjang baginya untuk menjadi suatu bobot massa terintegrasi.
Keluarbiasaan pemuda sampai-sampai menjadi salahsatu perimbangan segitiga geografis komposisi entitasme manusia. Dimana ia menjadi pokok indikator strategis bagi judgement maju atau tidaknya suatu masyarakat.
Jalan yang terbaik yang harus ditempuh selanjutnya adalah memaksimalkan titik pangkal paradoks yang dibebankan kepada setiap pemuda ini. Paradoks yang harus dicari nalar pembenarnya dalam sisian thesis dan antitesis kebermanfataannya. Pemuda yang di satu sisinya adalah mapping masyarakatnya, pula chapter movement bagi entitasnya, harus dapat memaknai bahwa utilitasme dirinya ada di lini parakdoksal entity movement. Maka dari itu, ia akan memaksimalkan investasi dirinya demi perbaikan mapping kemasyarakatannya.
Yang harus dilakukan adalah berpikiran terbuka.
Berpikiran terbuka ialah menjalani peluang adalah objektifitas massal dalam suatu rumusan permasalahan baik kronik dan kontemporer. Selalu mencari fakta dan kefaktaan serta pilihan yakin dan keyakinan. Keterbukaan ialah kemerdekaan untuk membuka dan memerdekakan diri dari satu sintetis final yang ilusionis. Contoh ke-'kikuk'-an yang dapat diambil misalnya pada arus liberalisasi usai gerbang revolusi 'eksekutif sentral'. Hal ini menandakan sebuah ketidakmerdekaan pemuda (secara entitas) massa kala itu untuk merdeka dari pengalaman yang menyebabkannya menuangkan gula sebanyaknya pada teh yang pertama kali dicicip amat pahitnya.
Disini perimbangan keilmuan amat diperlukan. Sebab objektifitas asalnya ialah subjektifitas massal, sehingga terbangunnya kultur subjek 'benar' pula akan mengalirkan domino efect objek yang benar.
Inilah yang saat ini saya lakukan dan akan terus saya lakukan demi perbaikan kebangsaan di masa depan. Saya menjalani serangkaian kegiatan keorganisasian dan menemui berbagai macam pemikiran, buku, dan aksidensi faktual yang rumit yang membuat saya belajar untuk stand on for my word and left on while the dessert was fool out. Sesungguhnya segala sesuatunya akan kembali pada niat. Dan saya percaya bahwa niat meraih kebaikan akan mengantarkan pada perbaikan. Hingga manusia memang tak sempurna, terlebih lagi anak cucunya. Keep on reading, smile, and resolution. :)

No comments:

Post a Comment