Wednesday, May 29, 2013

Putih murmer

Putih murmer, bukan kata-kata yang tidak terjaga karena pudarnya. Bukan juga karena kesaksian bisu nyala-nyala lampuku. Aku sekedar, tahu saja, bahwa, kadang kita sekedar tahu. Seperti putih murmer.
Katanya rasanya enak, katanya sesekali aku bermain di lembutannya, seperti padang pasir, kadang, seperti rimba hutan, kadang, kadang-kadang juga seperti bicara pada butiran.

Sejak saat itu aku jadi suka warna putih, ada saja, putihnya, putih yang murmer. Bukan kue, bukan yang enak.

Itu kan anggapan orang saja. Padahal ia benda, padahal ia, sesuatu yang lain. Prestisius.

No comments:

Post a Comment