Waktu itu aku pernah bertemu denganmu dalam mimpi. Kadang sekedar tersenyum kadang tertawa. Entahlah bagiku kau begitu menyenangkan. Representasi sebuah keluhuran akhlak.
Aku cuma sekedar iri, melihat bahwa setiap orang punya kelebihan.
Intinya kamu begitu menyenangkan. Tanpa dusta, bicara seadanya saja, tapi baik untuk di dengar, menutrisi.
Intinya kamu begitu nyaman. Tanpa menyembunyikan, melucu sesuai fitrah saja, sederhana.
Ada juga beberapa orang di sekeliling kita. Mereka duduk di kursi yang dekat. Ikut alur kisah, ikut juga serius mendengarkan kemanjaanku. Ah, tapi kenapa mereka diam? Ah, tapi kenapa mereka diam saja?!
Waktu-waktu berderit, bahwa selain kau, ada aku, ada mereka juga ! Ah, tapi kenapa mereka diam?
lantas kenapa harus bicara
ReplyDeletejika hanya bisa meracau tanpa makna
lantas kenapa harus bicara
jika semu tanpa setia yang sebenarnya
lantas kenapa harus bicara
jika goresnya menambah luka
saat diam menjelma tenteram
tak perlu banyak daya untuk sebuah kata
dan telinga kan menjadi pemanis berharga
tak perlu bicara
jika kau tak bisa diam
karena di dekat mulut yang terbuka
kan ada sepasang telinga yang siap menerkam
hahaha :) jempol buat ukhti mira
wew, tulisan antum lebih keren dan bernutrisi kok
Delete