Mudah melakukan
kesalahan dan mudah minta maaf. Mudah marah dan mudah untuk tidak membutuhkan
orang. Semua perspektif tentunya blur
dalam titik ini. Kita kembali dalam satu alur purifikasi hati, menerima atau
menolaknya mentah-mentah. Menjadikannya hikmah atau sekedar angkasa sejarah.
Kau
begitu menyenangkan, entahlah. Suatu kali aku bertemu sebuah jendela prisma. Luarannya
memantulkan hijau daun dan coklat tanah. Jendela dimana kau memanggilku dalam
sebuah kata surgawi. Mungkin tak sebegitu begini citra dan nalar menyukainya. Tapi
juga tak sebegininya begitu kau tak ingin membuka mata. Aku Cuma sekedar rindu.
Katamu
aku harus banyak mengalah. Sebab banyak orang-orang palsu. Sebab menghadapi
mereka adalah neraka bagimu. Bagi kau dan aku.
Katamu
aku harus banyak menyembunyikan simpul lintas dalam reaksi kimia otakku. Sebab banyak
orang-orang primitive yang suka mengeksploitir. Sebab seketika mereka bersidang
di hadapanmu dan menguraikan sebarisan kata yang intinnya, “kau bersalah”.
Katamu
aku harus. Sebab aku tak sekuat itu untuk palsu bagi orang-orang palsu. Setidaknya.
No comments:
Post a Comment