Oleh : alfajri
Definan kembali menuansa ketika dianggapnya
bau jiwa cuma sekedar angka-angka dan kiasan belaka. Ah, klise katanya.
Sementara jejaring fakta bertebaran dimana-mana.
Tak bisa diraba-raba, dicari-cari pembenaran atasnya atau meneguk dialektika
rasa yang tertumpah jadi semilir angkasa. Keterlaluan, bukan.
Dan ya, mari kita tundukan kepala dan berdoa,
bahwasanya kekaburan makna di forum-forum kita sudah sepandangan dengan jalan
berliku soal manis-manis pahitnya bumbu retorika. Cuma sekedarnya saja. Ini-itu
tak terlalu banyak tanda tanya. Sekedarnya saja, kesana kemari Cuma bawa dua hitungan,
satu dan nol, jadi tiga.
Sesungguhnya definan yang kembali menyeruak,
menyerupai bilangan yang mendefinisi satuan definisi lainnya. Jadi kocar-kacir
membentuk simpulan. Selanjutnya mati rasa jadi buaian di dalam rongrongan.
Terlena ia, namun katanya, ah biasa saja. Luarbiasa, bukan.
Maka langit tak patut diseru untuk
menjatuhkan hujan, pula logika tak patut diseru untuk menarik kebenaran. Maka
daun tak patut diseru untuk meranumkan hijau, pula sama, bulan tak perlu diseru untuk
memancarkan lembutan. Sampai di hatinya, jauh dirasanya, definan yang lebih
dari sekedar dua angka, satu dan nol, jadi tiga.