Sudah cukup lama saya tak membuka laman blog ini. Agak sedikit kaku rupanya, seperti sebuah batu yang dipaksa mencair dan mengalir, yang ada terhanyut, tidur dan tenggelam. Ah, galau lagi. Hahahaa..
Padahal memang tak semestinya seperti itu, yaa.. akan ditampakkan aib mereka yang menghiasi diri dengan yang tak dimiliki. Dan dalam suatu kerangka yang tampak mengagetkan, saya pun mulai beranjak mengoreksi, jangan-jangan saya ini.. mm semoga saja tidak. Aamiin ya Rabb sesungguhnya Engkau sesuai prasangka hambaMu.
Saya coba menulis saja, sebuah nalar Buzan berkata bahwa tulisan adalah apa yang dituliskan, apapun itu. Bukan berniat membenarkan diri sendiri sih, hehehe... mentang-mentang sering stuck nulis. Cuma mencoba memotivasi diri sendiri. Hidup ini disetting bersama rezekinya, rezeki hati juga, yang hidup dan yang mati.
Jadi ingat, pernah waktu SMA saya berpikir meluncur (beneran luncuran banget mikirnya) soal mati dan bekal mati. Dan yaa... konklusinya memang terselesaikan dengan suatu energi yang tak tergambarkan, energi yang tak lagi saya rasakan di lini-lini nadi saat ini. Energi amal. Energi untuk mempersiapkan. Waktu itu, jadi begitu rindunya, mau bertemu Allah saja, hmmm sudah cukup cantik-kah dandanan ikhlas dan ibadah saya? Tapi waktu berjalan dan kini sudah - kira-kira - empat tahun terlewati, saya lupa kalau saya rindu juga. Hati keras, jadi batu yang suka marah dan memberontak. Kering.
Ah, dan setiap kali ujian macam ini datang, biasanya saya tahu ada yang tak beres. Sayang, kini saya sampai tak mampu lagi meneliti. Yang saya katakan kepada seseorang waktu itu, cuma kalimat bathil yang mungkin juga tak akan dipahami siapapun, I've gotta confused fever, just like I don't know what I've to said. Just like the bells ringing and I need to class, sit in, listening. I know nothing. Sebab saya-pun jadi tak memahami kata-kata sendiri.
Kita loncat - begitu definisi kebanyakan mereka tentang saya sekarang - ke masalah lainnya. Sebab saya tak ingin berlama-lama bercerita soal gangguan jin di blogger. -,-
Perjalanan hidup memang begitu berarti. Sebab sekalipun ia hanya 2 menit dalam batas bandingan dengan waktu-waktu akhirat, ia adalah medan pembuktian. Pernah juga liarnya luncuran pikiran saya berbicara soal tebak nuansa saat Allah menurunkan Adam alaihis salam dari surga. Hehe... oleh karena hanya diturunkan itulah waktu dunia dan akhirat jauh berbeda, sebab yang namanya hukuman itu pastilah tak ada yang selamanya. Suatu klausul mula akan datang pada asalnya, dan dunia ini yaa... bukan rumahnya manusia. Kita di uji keimanannya untuk dipilihkan surga atau neraka. Atas dasar friksi logic yang sesat kebanyakan ahli kalam - selain saya (itu juga saya bukan ahli cuma tau dikit --") - melanjutkan bahwa ini adalah pembersihan dosa Adam alaihis salam.. Naudzubillah.. padahal tak ada dosa yang terlimpahkan pula tak ada keterangan nashnya. Ya... begitu.
Memang keterlaluan kalau suatu ke-liar-an berpikir tidak diberi ilham hidayah dan potensi kehendak baik Allah terhadap seseorang. Termasuk saya mungkin. Ya, begitu banyak nikmat yang tak sanggup saya panjatkan syukur di selipan shalat dan doa-doa. Ya, Allah sungguh tiada luput bagiMu segala suatu apapun, MasyaAllah, Allahuakbar.
Setiap kali datang saat-saat kelam... kita tahu setelah ini ada hujan.
Setiap kali hati ini tak tenang, pastilah dosa yang amat besar membercak butuh air yang membasuhnya lagi.
Setiap kali begitu, hanya diriku sajalah yang datang kebathilan daripadanya.
Ya, tapi ku ingat murobbi ku berkata, bahwa ini bukan juga masalah kesalahan penciptaanku, Ya Allah Maha Suci Engkau
Ya, bahkan musyrifah ku berkata bahwa ini ujian keimanan yang tak akan diberikan pada orang yang tak mampu memikulnya
Mereka membesarkan hatiku
Sebab janganlah ada di antara ummat Muhammad yang meninggal kecuali dalam keadaan berbaik sangka terhadap Rabbnya...
Allahu Akbar walillah ilham
Wallahu warasulu 'alamu bi shawab
No comments:
Post a Comment